Senin, 03 Mei 2010

Sejarah Persaudaraan Setia Hati Terate

1. Sejarah Persaudaraan Setia Hati Terate
Ki Ngabehi Soerodiwirjo

Ki Ngabehi Soerodiwirjo semasa kecil bernama “Mas Muhammad Masdan”, lahir pada hari Sabtu Pahing tahun 1869, di Gresik, Jawa Timur.




Ki Ageng Ngabehi Soero Diwirjo

Tahun 1885, beliau pindah ke Bandung. Dikarenakan bakat dan kemauan keras serta kecerdasan beliau berpikir, dalam waktu 1 tahun beliau mampu menghimpun beberapa macam langkah gerak permainan pencak Cimande, Cikalong, Cibaduyut, Cipetir, Cimalaya, Cimpea dan Sumedangan. Tahun 1886, beliau ikut pindah dengan sepupunya ke Betawi. Disini beliau menambah lagi kepandaiannya dengan permainan Betawen, Kwiteng, Monyetan dan Permainan Toya. Tahun 1887, beliau pindah ke Bengkulu. Kurang lebih 6 bulan kemudian beliau pindah ke Padang. Di Kampung Ampang/Alai, Kecamatan Pauh, beliau berguru pada Datuk Radja Batuo adik dari Datuk Panghulu yang merupakan guru pencak silat terbesar di Padang saat itu.

Selama kurang lebih 10 tahun Ki Ngabehi Soerodiwirjo mempelajari aliran pencak silat di daerah Sumatera Barat yang terdiri beberapa jenis permainan Padang, Bungus, Pariaman, Padang Panjang, Padang Sidempuan, Padang Pesisir/Baru, Padang Sirante, Bukit Tinggi, Alang Lawas, Lintau, Solok, Singkarak, Alang Sipai, Payakumbuh, Libuk Sikaping, Kota Gadang, Maninjau dan Permainan Sterlak (Sitaralak).

Di Padang, Ki Ngabehi Soerodiwirjo juga berjumpa dengan tokoh dalam ilmu kebatinan yaitu I Nyoman Ide Gempol, seorang Punggawa Besar dari Bali dan terkenal dengan julukan “Radja Kenanga Mangga Tengah”. Tahun 1898, Ki Ngabehi Soerodiwirjo mempelajari pencak silat dari Tengku Ahmad Mulya Ibrahim. Dan permainan lain yang dipelajari ialah Langsa, Simpangan, Kucingan, Binjau dan Tarutung.

Tahun 1903, bertempat di kampung Tambakgringsing, Surabaya, Ki Ngabehi Soerodiwirjo membentuk paguyuban persaudaraan yang anggotanya disebut “Sedhulur Tunggal Ketjer”, sedangkan permainan pencak silatnya disebut “Djojo Gendhilo”. Pada tahun 1915, beliau mengaktifkan kembali “Sedhulur Tunggal Ketjer”, hanya pencak silatnya sekarang disebut “Djojo Gendhilo Tjipto Muljo”. Tahun 1917, nama-nama tersebut disesuaikan dengan keadaan zaman dan berganti menjadi “Setia Hati“. Murid-murid beliau yang pertama adalah Hadjar Hardjo Oetomo, Koesmindar, Munandar dan Moestajab.
Riwayat Hidup Ki Hadjar Hardjo Oetomo

Ki Hadjar Hardjo Oetomo lahir di Madiun, pada tahun 1890. Pada tahun 1905, Ki Hadjar Hardjo Oetomo lulus seko-lah rakyat dan magang sekolah dasar di benteng, Madiun. Tahun 1906, beliau menjadi Mantri Pasar Spoor Madiun. Tahun 1916, beliau bekerja di Pabrik Gula Rejo Agung, Madiun. Tahun 1917, beliau keluar dari pekerjaannya dan bekerja di Rumah Gadai. Karena wataknya yang tidak senang melihat orang lain ditindas di tempat kerjanya, beliau mendirikan perkumpulan “Harta Jaya”, tujuannya adalah untuk memberantas rentenir. Pada tahun ini lahirlah Persatuan Pegawai Kereta Api (VSTP). Belaiu diangkat menjadi Hoofd Komisariat Madiun. Pada tahun ini pula beliau nyantrik ke Ki Ngabehi Soerodiwirjo menjadi murid Setia Hati.

Tahun 1922, Ki Hadjar Hardjo Oetomo masuk Serikat Islam (SI). Untuk mengembangkan ajaran Setia Hati, Ki Hadjar Hardjo Oetomo berpendapat bahwa perlu untuk menertibkan dan mengatur personil maupun pelajaran Setia Hati, oleh karena itu beliau meminta restu dari Ki Ngabehi Soerodiwirjo. Atas pesan Ki Ngabehi Soerodiwirjo agar tidak menggunakan nama Setia Hati terlebih dahulu, maka Ki Hadjar Hardjo Oetomo mengembangkan ilmu Setia Hati dengan nama “Pencak Silat Club” (PSC). Karena beliau tidak setuju dengan nama Pencak Silat Club, beliau menghadap ke Ki Ngabehi Soerodiwirjo, dan pada tahun itu Pencak Silat Club berganti menjadi Setia Hati Muda (SHM). Setia Hati Muda diubah menjadi Setia Hati Pemuda Sport Club (Setia Hati PSC), hal ini semata-mata untuk mengelabui penjajah agar Setia Hati tidak dibubarkan

Tahun 1926, karena keberanian beliau yang mengadakan perlawanan pada penjajah, beliau ditahan di penjara Madiun. Dan karena dalam penjara beliau akan mengadakan pemberontakan, maka beliau dipindahkan ke penjara Padang Panjang, Sumatera. Yang kemudian dipindah ke penjara Sungai Digul di Irian Jaya. Tahun 1931, sepulang dari masa pembuangan, beliau menetap di Pilang Bango, Madiun dan melanjutkan pelajaran Setia Hati.





Ki Hadjar Hardjo Oetomo
Masa Perkembangan Persaudaraan Setia Hati Terate

Tahun 1942, saat Jepang datang ke Indonesia nama Setia Hati PSC dirubah menjadi Setia Hati Terate. Nama Terate adalah atas usul Ir. Soeratno Surengpati, warga Setia Hati PSC dan tokoh pergerakan Indonesia Muda.

Tahun 1947, Perguruan Pencak Silat Setia Hati Terate, Setia Hati, Phasadja Mataram dan Panglipur Harimurti berupaya membentuk suatu wadah pencak silat di Indonesia dan terbentuk dengan nama Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSSI).

Pada tahun 1948, atas prakarsa Bapak Soetomo Mangkoedjojo, Bapak Darsono, dkk diadakan Konferensi Pertama di Pilang Bangau, Madiun. Hasil Konferensi menyetujui bahwa Setia Hati Terate yang bersifat perguruan diubah menjadi organisasi dengan nama Persaudaraan Setia Hati Terate. Yang pertama memimpin Persaudaraan Setia Hati Terate adalah Bapak Soetomo Mangkoedjojo dan sebagai wakilnya adalah Bapak Darsono. Kemudian Kepengurusan Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate berturut-turut dipimpin oleh Bapak Irsyad kemudian Bapak Badini

Tahun 1974 – 1977. Kepemimpinan Persaudaraan Setia Hati Terate dipegang oleh R. M. Imam Koessoepangat sebagai Ketua Pusat dan Soetomo Mangkoedjojo sebagai Ketua Dewan Pusat.

Tahun 1977 – 1981. Kepemimpinan Persaudaraan Setia Hati Terate dipegang oleh Badini sebagai Ketua Pusat dan R. M. Imam Koessoepangat sebagai Ketua Dewan Pusat.

Tahun 1981 – 1985. Kepemimpinan Persaudaraan Setia Hati Terate dipegang oleh Tarmadji Boedi Harsono sebagai Ketua Pusat dan R. M. Imam Koessoepangat sebagai Ketua Dewan Pusat.

Tahun 1985 – Sekarang. Kepemimpinan Persaudaraan Setia Hati Terate dipegang oleh Tarmadji Boedi Harsono

Tahun 1987, R. M. Imam Koessoepangat meninggal dunia pada tanggal 16 November dan di pemakaman keluarga di Imogiri, Madiun.



Mas Tarmadji Boedi Harsono

2. Tujuan Persaudaraan Setia Hati Terate

Tujuan dari Persaudaraan Setia Hati Terate adalah :

”Mendidik Manusia berbudi luhur, tahu benar dan salah”

3. Falsafah dan Semboyan Persaudaraan Setia Hati Terate

Falsafah Persaudaraan Setia Hati Terate :

“Manusia dapat dihancurkan, manusia dapat dimatikan, tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu yakin dan percaya pada dirinya sendiri dan ber-Setia Hati “

Semboyan Persaudaraan Setia Hati Terate :

“Musuh pantang dicari, kalau ada pantang berlari, berdasarkan benar dan salah

4. Tingkatan dan Materi dalam Persaudaraan Setia Hati Terate

Tingkatan dalam Persaudaraan Setia Hati Terate, terbagi atas :

a. Tingkatan Siswa

Polos : menggunakan sabuk berwarna hitam, dengan materi gerakan-gerakan dasar berupa Senam Dasar 1 – 30 dan Jurus Dasar 1a – 6

Jambon : menggunakan sabuk berwarna merah muda, dengan materi Senam Dasar 1 – 50, Jurus Tangan Kosong 1a – 13, dan mulai diajarkan pengenalan senjata tongkat (toya) dengan materi, Senam Toya 1 – 10 dan Jurus Toya 1 – 5, serta materi pelajaran kerohanian.

Hijau : menggunakan sabuk berwarna hijau, dengan materi Senam Dasar 1 – 70, Jurus Tangan Kosong 1a – 25b, dan mulai diajarkan pengenalan senjata tongkat (toya) dan belati dengan materi, Senam Toya 1 – 20 dan Jurus Toya 1 – 10, lanjutan pelajaran kerohanian, serta permainan kuncian

Putih : menggunakan sabuk berwarna putih, dengan materi Senam Dasar 1 – 90, Jurus Tangan Kosong 1a – 35, dan mulai diajarkan pengenalan senjata tongkat (toya), senjata belati serta senjata pencak silat lainnya, dengan materi, Senam Toya 1 – 25 dan Jurus Toya 1 – 15, lanjutan pelajaran kerohanian, serta permainan kuncian lanjutan.

b. Tingkatan Warga

Tingkat I

Tingkat II

Tingkat III



5. Garis-garis Besar Pelajaran Persaudaraan Setia Hati Terate

Gaaris-garis besar aspek pelajaran dalam Persaudaraan Setia Hati Terate :

a. Persaudaraan

b. Olahraga

c. Beladiri

d. Kesenian

e. Kerohanian/Ke-Setia Hati-an

Tidak ada komentar: